Laman

Senin, 12 September 2011



Suamiku, Kini Kamu Jadi Ayah

Salam PINKERS,
Hasil studi yang dilakukan di University College London dan diterbitkan jurnal British Psychological Society and Fathers Direct, menemukan bahwa kebanyakan pria cenderung bisa punya kelekatan dengan anak-anak mereka setelah si anak mencapai usia pubertas. Padahal, keterlibatan ayah dalam pola pengasuhan anak, terutama pada masa-masa emas tumbuh kembang anak (usia 0–3 tahun) akan sangat menentukan perkembangan mental dan perilaku anak di kemudian hari.
Jadi, apa yang harus dilakukan? Mengajak suami untuk lebih banyak terlibat dalam masa kehamilan dan proses kelahiran sudah selayaknya dijadikan prioritas utama. Howard Steele, direktur Attachment Research Center Unit di University College London yang memprakarsai penelitian mengenai keterlibatan suami, mengatakan jika si Ayah bisa lebih banyak terlibat dan merefleksikan kasih sayang serta emosinya, anak akan mendapatkan keuntungan bahkan ketika masih berada di dalam rahim ibunya.
Lalu, cara-cara apa saja yang bisa Anda lakukan untuk membantu pada calon ayah yang masih bingung bagaimana harus memperlakukan bayi mungil mereka?
Sebelum Bayi Lahir
1. Ajak menemani periksa berkala. Dr. Steele menyarankan bahwa si Ayah harus terlibat sejak dini begitu mengetahui bahwa istrinya hamil. Cara paling mudah adalah dengan mengajaknya menemani Anda melakukan pemeriksaan berkala setiap bulan ke dokter kandungan. Tujuannya agar suami menjadi familiar dengan berbagai kebutuhan dan perubahan Anda selama kehamilan, serta bisa ikut merasakan apa yang Anda rasakan ketika melihat pertumbuhan janin melalui ultrasonografi, atau ketika dokter memeriksa denyut jantung bayi menggunakan alat Doppler.
2. Minta ikut serta dalam kelas persiapan persalinan. Selain kelas senam hamil yang mengajarkan teknik-teknik terbaik untuk proses persalinan, ada juga kelas persiapan orang tua yang mengajarkan berbagai cara mengasuh bayi baru lahir, seperti memandikan, merawat tali pusar, hingga cara menggendong bayi dengan benar. Bagi para calon ayah, yang sebelumnya tidak terbiasa untuk mengurus anak kecil, apalagi memegang bayi baru lahir, kelas semacam ini akan sangat membantunya berinteraksi dengan si bayi ketika lahir.
3. Ikut menyiapkan berbagai kebutuhan bayi. Belanja berbagai kebutuhan bayi bukan hak khusus para ibu. Ajak suami agar dia ikut memilihkan sepatu bayi, corak popok, hingga gendongan bayi yang dianggap keren oleh suami (ini akan memudahkan Anda ‘merayu’ suami agar mau bergantian menggendong si bayi jika dia beralasan malas menggunakan gendongan bayi yang modelnya terlalu kekanak-kanakan). Kebanyakan pria diam-diam memiliki kesenangan pribadi ketika ikut berbelanja kebutuhan bagi calon bayi mereka meski pada awalnya bersikap malas atau enggan.
Ikut menemai di ruang bersalin. Dahulu, beberapa rumah sakit memiliki prosedur yang tidak mengizinkan suami menemani Anda di ruang bersalin. Kini, kebanyakan rumah sakit akan menyarankan suami ikut ambil bagian dalam proses persalinan Anda. (terutama untuk persalinan normal). Dengan suami berada di sisi Anda, bukan hanya Anda yang merasa terbantu secara moral, tapi juga suami akan bisa memahami perjuangan Anda dalam melahirkan bayi dan ikut merasakan ‘keajaiban’ di ruang persalinan.
Ketika Bayi Lahir
1. Jangan lupakan kebutuhan suami. Kehadiran bayi cenderung membuat para ibu baru mencurahkan 100 persen perhatiannya pada si bayi. Akibatnya, suami cenderung merasa diabaikan. Adriana Ginandjar, psikolog yang menangani masalah pernikahan mengatakan bahwa banyak kasus keretakan dalam rumah tangga yang disebabkan karena suami merasa terabaikan kebutuhannya oleh istri mereka karena kehadiran bayi baru di keluarga. Masalah yang sering timbul ketika suami merasa terabaikan dengan kehadiran bayi adalah, suami menjadi semakin acuh dengan si bayi, dan pada akhirnya tidak hanya membuat hubungan Anda dengan suami menjadi hambar tapi juga menimbulkan jarak diantara anak dan Ayahnya. Jadi, apa yang bisa Anda lakukan? Meski terasa sulit, tetap usahakan untuk menyediakan sedikit waktu bagi suami. Misalnya ketika suami pulang kerja, jangan sambut suami dengan keluh kesah betapa lelahnya Anda mengurus si bayi yang terus menerus menangis sampai Anda lupa menyiapkan teh hangat kesukaan suami, jelas Adriana.
2. Biarkan suami merawat bayi. Biarkan si ayah menggendong bayi dengan caranya sendiri, meski mungkin terlihat aneh di mata Anda. Yang dibutuhkan suami -dan bayi Anda adalah menjalin ikatan yang kuat sejak dini, dan mendekap bayi merupakan awal yang baik. Biarkan juga si Ayah mencoba menggantikan popok dan memandikannya. Ingat, jangan membuat suami merasa sedang ‘diawasi’ oleh Anda ketika dia mengurus si kecil. Sentuhannya akan berbeda dengan sentuhan Anda, dan itulah yang dibutuhkan bayi, mengenali beda sentuhan lembut Anda dengan sentuhan Ayah yang cenderung tegas dan kuat.
3. Puji suami. Sering-seringlah memuji suami dengan tugas-tugas mengurus bayi yang sudah dilakukan. Katakan betapa hebat kerjanya sebagai Ayah dan betapa beruntung si kecil, dan Anda akan dirinya.
(sumber: Parents Indonesia)
BY EUNIKE JULIA FANTONI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar