Laman

Senin, 12 September 2011

INSPIRASI “Interview” Calon Pengasuh Anak


“Interview” Calon Pengasuh Anak

3 September, 2011
Punya pengasuh anak memang membuat pekerjaan jadi lebih ringan. Tapi waspadalah, kasus kekerasan yang dilakukan pengasuh terhadap anak sering terjadi. Bentuknya macam-macam, mulai dari dibentak, ditampar, bahkan ditendang.
Untuk menghindarinya, orangtua harus lebih jeli saat memilih pengasuh bagi anaknya. Caranya dengan melakukan observasi.
Orangtua sewajarnya tahu pengalaman dan keahlian calon pengasuh. Misalnya wawancara sebelum Anda menerimanya, tanyakan, “kamu akan berlaku apa jika anak saya nangis?” kemudian teliti reaksinya.
Namun, jawaban itu saja tidak cukup. Orangtua harus melibatkan anggota keluarga lainnya untuk mengawasi pengasuh saat orangtua bekerja atau seharian tidak bersama anak.
Memang dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk mendapatkan pengasuh ideal. oleh sebab itu, tak salah jika Anda terus melakukan uji trial and error, tidak ada patokan Anda harus mendapatkannya dari agen.
Hal yang paling penting, pengasuh adalah orang yang punya keahlian dan tahu cara menangani anak. Kalau sudah cocok, jangan lupa pengasuh diajari karakter anak. Sampaikan bagaimana keinginan Anda untuk bekerja sama dengan dia.
Kekerasan yang dilakukan pengasuh seringkali tak terungkap. Bisa jadi anak takut untuk mengadu pada orangtua. Hal yang harus Anda lakukan sebagai orangtua adalah mewaspadainya.
Jika anak berubah keceriaan dan perilakunya, orangtua harus sensitif. Kalau tidak yakin, buka baju anak, lihat apa ada bekas memar atau bengkak. Karena itu, jangan pernah memberikan sepenuhnya kepercayaan untuk mengasuh kepada pengasuh anak, karena hal ini juga mengarahkan anak Anda untuk semakin mempercayainya dan berpaling dari Anda.
BY EUNIKE JULIA FANTONI

Emosi Orang Tua Menular Ke Anak

Salam PINKERS,
Emosi yang Anda luapkan saat marah terkadang membuatnya stres, seperti membanting pintu lemari sampai menimbulkan suara keras atau kata-kata kasar yang keluar dari mulut Anda. Hal ini tidak hanya menimbulkan efek samping secara psikologis, tapi juga menyebabkan masalah kesehatan serius pada anak.
Beberapa studi menemukan bahwa anak yang terlalu resah mempunyai kadar antibodi pembasmi virus lebih rendah di dalam saluran pernafasan atas sehingga mereka lebih rentan terhadap pilek dan flu. Hal tersebut juga dapat memicu penyakit atau memperburuk asma, diabetes dan penyakit kronik lainnya pada anak yang sudah terjangkit terhadap penyakit itu.
Efek negatif stres pada orangtua dapat mempengaruhi anak sejak usia dini, bahkan bayi pun bisa merasakan ketegangan serta keresahan ibu atau ayahnya. Genetika dan temperamen ikut berperan besar dalam menentukan ketahanan anak terhadap stres.
Bayi yang berpembawaan lembut sering bereaksi terhadap keresahan orangtuanya dengan menjadi rewel dan sulit ditenangkan. Anda dapat memindahkan ketegangan kepada bayi lewat sentuhan, gerakan dan nada suara.
Orangtua stres yang pikirannya dikuasai masalahnya sendiri kemungkinan tak bisa berhubungan dengan anaknya secara emosional atau menenangkan di saat tidak bahagia. Bayi yang tidak ditenangkan tidak dapat mengembangkan kemampuan batinnya untuk bisa menenangkan dirinya.
Saat bayi tumbuh menjadi batita dan usia prasekolah, kemungkinan Anda menjadi lebih tidak sabar dengannya saat sedang menghadapi masalah. Ini membuat anak menjadi resah dan tidak aman, kemudian dapat meningkatkan stres Anda.
Ketegangan yang dipindahkan dari orangtua ke anak dan sebaliknya dapat berkembang menjadi spiral negatif. Anak mungkin menganggap bahwa dirinya adalah penyebab kemarahan Anda, lalu mulai menutupi perasaannya atau menjauhi Anda.
Pada anak usia di bawah 5 tahun, stres tidak bisa diketahui oleh Anda, karena mereka belum bisa mengungkapkan perasaannya yang kompleks dengan kata-kata. Itu sebabnya penting untuk memperhatikan sinyal-sinyal bahwa anak terlalu tertekan. Tanda-tandanya bisa Anda kenali dengan anak mungkin jadi mudah marah, agresif, menarik diri, sulit tidur, hilang nafsu makan atau menjadi lebih panik.
Selain menelusuri perilaku anak yang bermasalah, coba bicara dengan dokter anak atau minta masukan dari guru atau pengasuhnya. Tapi jika anak menjadi hiper waspada dan tampak terus menerus cemas dengan bahaya, kemungkinan anak memerlukan bantuan dari ahli kesehatan mental. Yakinkan anak bahwa Anda akan melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan untuk menjaganya tetap aman dan selamat.
Anak akan merasa lebih bisa mengendalikan kehidupannya jika mereka melihat Anda bisa mengendalikan kehidupan Anda. Jadi pastikan reaksi Anda terhadap stres tidak mempengaruhi anak. Pikirkan apa yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisir tingkat stres Anda. Saat merasa kemarahan Anda memuncak, beri waktu kepada diri Anda untuk menenangkan diri atau hitung sampai 10 agar tidak lepas kendali.
BY EUNIKE JULIA FANTONI

Kompak Memperkuat Rasa Kebersamaan Keluarga

Salam PINKERS
Setiap keluarga mengidam-idamkan adanya kebersamaan dan kesolidan dalam tubuh keluarganya. Dengan kuatnya sebuah keluarga, maka ujian atau badai sekencang apapun yang menerpanya, tentu tak akan meluluhlantahkan keluarga tersebut.
Untuk memperkuat kebersamaan tersebut, maka perlu ada usaha dari masing-masing anggota keluarga untuk saling memberi, mengingatkan dan memahami.
Ada banyak sarana yang bisa kita manfaatkan untuk membina kebersamaan dalam keluarga seperti dikutip dari SekolahOrangTua, antara lain :
Bercanda bersama
Kapankah terakhir kali Anda bercanda dengan pasangan Anda? Bercanda sangat penting karena di dalam bercanda ada kegembiraan. Kegembiraan itu akan membuat pola pandang kita terhadap berbagai masalah yang ada berubah. Kegembiraan mampu menjernihkan pandangan kita terhadap sesama anggota keluarga. Bahkan tidak sedikit yang merasa bahwa dengan bercanda, mereka dimudakan kembali. Relasi antara suami-istri diremajakan kembali.
Bermain bersama
Bermain, adalah aktivitas yang tanpa tuntutan. Di dalam bermain tidak ada kalah atau pun menang. Jika toh diciptakan kompetisi, itu bertujuan untuk meramaikan, bukan untuk benar-benar berkompetisi.
Ingat, bermain bersama butuh keterlibatan semua pihak. Jangan ada yang hanya menjadi penonton. Ketika bermain, tidak ada batasan antara anak dengan orangtua. Semua anggota keluarga mampu menggali kegembiraannya dengan leluasa, tanpa kekangan. Anak mampu mengoreksi perlakuan orangtua dengan lugas, demikian pula orangtua dapat memberikan masukan tanpa kemarahan.
Belajar bersama
Yang dimaksudkan belajar bersama dalam hal ini bukan sekedar duduk bersama dalam satu meja dan masing-masing membawa bahan materi pembelajaran untuk dipelajari. Sekali lagi hal itu hanyalah kebersamaan fisik. Belajar bersama dalam hal ini adalah membahas sebuah kajian bersama-sama. Pilihlah bahan yang ringan dan aktual dan sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir anak, misalnya bahasan tentang buah, mainan, pakaian, atau apa saja yang ada di sekitar kita. Dengan catatan: Jika bahan kajian berupa sikap orang, buatlah agar jangan sampai pembahasan berubah menjadi ajang “membiarakan kejelekan orang”.
Nonton Televisi / Bioskop Bersama
Tentu, pilihlah tontonan yang bermutu dan menyegarkan, seperti komedi atau film-film yang sepadan dengan usia anak-anak Anda. Tontonan hendaknya disukai oleh semua keluarga. Anda bisa menyesuaikan dengan selera anak, namun, boleh juga Anda mengajak anak menyukai selera Anda, tentu bukan dengan paksaan. Sebab, jika apa yang ditonton ternyata hanya disukai oleh sebagian anggota, yang akan terjadi bukanlah sebuah kebersamaan, tetapi saling ganggu, bahkan bisa terjadi konflik. Anda sekeluarga bisa membahas apa yang telah Anda tonton bersama, meski hanya sekedar menyampaikan perasaan atau kesan.
Rekreasi keluar bersama
Pernahkah ketika Anda bermaksud untuk berlibur bersama ternyata suasana justru berubah menjadi ajang percekcokkan? Itu namanya bukan rekreasi bersama melainkan bertengkar sambil jalan-jalan. Nah, jika Anda ingin berekreasi bersama, sebelumnya Anda harus membuat rancangan yang merupakan keputusan bersama dan harus dijalankan bersama. Oleh karenanya, perlu ada komitmen bersama sebelum Anda beranjak dari rumah. Sesuaikan barang bawaan dengan kapasitas tenaga dan keperluan Anda. Pastikan bahwa barang-barang yang penting sudah Anda kemas, akan lebih baik jika Anda membuat daftar barang yang akan Anda bawa. Mengapa ini penting? Karena banyak terjadi percekcokan dalam perjalanan hanya disebabkan sebuah barang yang tertinggal.
Rekreasi harus segera dimulai sesaat Anda berangkat, dalam arti bahwa perjalanan Anda pun harus dirancang sebagai sebuah rekreasi. Oleh karenanya Anda dan keluarga harus bisa menikmati perjalanan Anda. Akan lebih baik apabila Anda sekeluarga membuat keputusan untuk menciptakan kebahagiaan sepanjang rekreasi Anda.
Doa bersama
Semua agama mengakui bahwa doa bersama dirasa sangat ampuh demi terkabulnya sebuah permohonan. Selain itu, tahukah Anda bahwa doa bersama membuat Anda sekeluarga merasa “menyatu”? Jika Anda belum percaya, silakan Anda coba dan jadikan sebagai sebuah kebiasaan di dalam keluarga Anda.
BY EUNIKE JULIA FANTONI


Suamiku, Kini Kamu Jadi Ayah

Salam PINKERS,
Hasil studi yang dilakukan di University College London dan diterbitkan jurnal British Psychological Society and Fathers Direct, menemukan bahwa kebanyakan pria cenderung bisa punya kelekatan dengan anak-anak mereka setelah si anak mencapai usia pubertas. Padahal, keterlibatan ayah dalam pola pengasuhan anak, terutama pada masa-masa emas tumbuh kembang anak (usia 0–3 tahun) akan sangat menentukan perkembangan mental dan perilaku anak di kemudian hari.
Jadi, apa yang harus dilakukan? Mengajak suami untuk lebih banyak terlibat dalam masa kehamilan dan proses kelahiran sudah selayaknya dijadikan prioritas utama. Howard Steele, direktur Attachment Research Center Unit di University College London yang memprakarsai penelitian mengenai keterlibatan suami, mengatakan jika si Ayah bisa lebih banyak terlibat dan merefleksikan kasih sayang serta emosinya, anak akan mendapatkan keuntungan bahkan ketika masih berada di dalam rahim ibunya.
Lalu, cara-cara apa saja yang bisa Anda lakukan untuk membantu pada calon ayah yang masih bingung bagaimana harus memperlakukan bayi mungil mereka?
Sebelum Bayi Lahir
1. Ajak menemani periksa berkala. Dr. Steele menyarankan bahwa si Ayah harus terlibat sejak dini begitu mengetahui bahwa istrinya hamil. Cara paling mudah adalah dengan mengajaknya menemani Anda melakukan pemeriksaan berkala setiap bulan ke dokter kandungan. Tujuannya agar suami menjadi familiar dengan berbagai kebutuhan dan perubahan Anda selama kehamilan, serta bisa ikut merasakan apa yang Anda rasakan ketika melihat pertumbuhan janin melalui ultrasonografi, atau ketika dokter memeriksa denyut jantung bayi menggunakan alat Doppler.
2. Minta ikut serta dalam kelas persiapan persalinan. Selain kelas senam hamil yang mengajarkan teknik-teknik terbaik untuk proses persalinan, ada juga kelas persiapan orang tua yang mengajarkan berbagai cara mengasuh bayi baru lahir, seperti memandikan, merawat tali pusar, hingga cara menggendong bayi dengan benar. Bagi para calon ayah, yang sebelumnya tidak terbiasa untuk mengurus anak kecil, apalagi memegang bayi baru lahir, kelas semacam ini akan sangat membantunya berinteraksi dengan si bayi ketika lahir.
3. Ikut menyiapkan berbagai kebutuhan bayi. Belanja berbagai kebutuhan bayi bukan hak khusus para ibu. Ajak suami agar dia ikut memilihkan sepatu bayi, corak popok, hingga gendongan bayi yang dianggap keren oleh suami (ini akan memudahkan Anda ‘merayu’ suami agar mau bergantian menggendong si bayi jika dia beralasan malas menggunakan gendongan bayi yang modelnya terlalu kekanak-kanakan). Kebanyakan pria diam-diam memiliki kesenangan pribadi ketika ikut berbelanja kebutuhan bagi calon bayi mereka meski pada awalnya bersikap malas atau enggan.
Ikut menemai di ruang bersalin. Dahulu, beberapa rumah sakit memiliki prosedur yang tidak mengizinkan suami menemani Anda di ruang bersalin. Kini, kebanyakan rumah sakit akan menyarankan suami ikut ambil bagian dalam proses persalinan Anda. (terutama untuk persalinan normal). Dengan suami berada di sisi Anda, bukan hanya Anda yang merasa terbantu secara moral, tapi juga suami akan bisa memahami perjuangan Anda dalam melahirkan bayi dan ikut merasakan ‘keajaiban’ di ruang persalinan.
Ketika Bayi Lahir
1. Jangan lupakan kebutuhan suami. Kehadiran bayi cenderung membuat para ibu baru mencurahkan 100 persen perhatiannya pada si bayi. Akibatnya, suami cenderung merasa diabaikan. Adriana Ginandjar, psikolog yang menangani masalah pernikahan mengatakan bahwa banyak kasus keretakan dalam rumah tangga yang disebabkan karena suami merasa terabaikan kebutuhannya oleh istri mereka karena kehadiran bayi baru di keluarga. Masalah yang sering timbul ketika suami merasa terabaikan dengan kehadiran bayi adalah, suami menjadi semakin acuh dengan si bayi, dan pada akhirnya tidak hanya membuat hubungan Anda dengan suami menjadi hambar tapi juga menimbulkan jarak diantara anak dan Ayahnya. Jadi, apa yang bisa Anda lakukan? Meski terasa sulit, tetap usahakan untuk menyediakan sedikit waktu bagi suami. Misalnya ketika suami pulang kerja, jangan sambut suami dengan keluh kesah betapa lelahnya Anda mengurus si bayi yang terus menerus menangis sampai Anda lupa menyiapkan teh hangat kesukaan suami, jelas Adriana.
2. Biarkan suami merawat bayi. Biarkan si ayah menggendong bayi dengan caranya sendiri, meski mungkin terlihat aneh di mata Anda. Yang dibutuhkan suami -dan bayi Anda adalah menjalin ikatan yang kuat sejak dini, dan mendekap bayi merupakan awal yang baik. Biarkan juga si Ayah mencoba menggantikan popok dan memandikannya. Ingat, jangan membuat suami merasa sedang ‘diawasi’ oleh Anda ketika dia mengurus si kecil. Sentuhannya akan berbeda dengan sentuhan Anda, dan itulah yang dibutuhkan bayi, mengenali beda sentuhan lembut Anda dengan sentuhan Ayah yang cenderung tegas dan kuat.
3. Puji suami. Sering-seringlah memuji suami dengan tugas-tugas mengurus bayi yang sudah dilakukan. Katakan betapa hebat kerjanya sebagai Ayah dan betapa beruntung si kecil, dan Anda akan dirinya.
(sumber: Parents Indonesia)
BY EUNIKE JULIA FANTONI

Bekerja pada Masa Kehamilan: Hal-hal yang Perlu Diperhatikan



Salam PINKERS,

Bekerja pada Masa KehamilanSegera setelah kehamilan diketahui, berikut hal-hal yang perlu dilakukan bila anda ingin tetap bekerja selama masa kehamilan. Meski anda belum bisa memutuskan dan masih ragu-ragu, setelah melakukan hal-hal dibawah ini mungkin akan bisa membantu mengambil keputusan yang tepat.
  • Pelajari kembali peraturan-peraturan di perusahaan tempat anda bekerja dengan teliti. Terutama perhatikan apa hak dan kewajiban anda bila hamil. Berapa lama dan saat cuti hamil yang bisa diambil, status cuti hamil anda (cuti dengan tanggungan, diluar tanggungan, dll).
  • Laporkan kehamilan kepada atasan langsung anda. Sebab mungkin di bagian tempat anda bekerja ada aturan tambahan lain berhubungan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan misalnya. Juga ada kemungkinan bagaimanapun juga jenis pekerjaan anda tidak memungkinkan dilakukan oleh orang dalam kondisi hamil. Ini perlu untuk memberi kesempatan kepada atasan anda untuk memikirkan langkah-langkah yang bisa diambil lebih dini. Adakalanya akibat terlambat melaporkan, malah menimbulkan masalah di kantor sehingga mau tidak mau anda harus mengundurkan diri.
  • Atur jadwal sehingga kontrol rutin tidak terlalu mengganggu kewajiban anda di kantor.
  • Terutama pada usia awal kehamilan dimana masih mengalami mual-mual dan perasaan tidak nyaman lainnya, temukan sesuatu yang bisa mengatasinya. Misalnya anda merasa lebih enak kalau ada bau lemon, maka siapkan selalu lemon di dekat anda. Atau mungkin dengan mengunyah permen pedas dan sebagainya.
  • Pastikan jadwal cuti yang akan diambil. Umumnya cuti diambil selama 3 bulan dimulai dari 2-3 minggu sebelum tanggal persalinan yang diperkirakan. Ini karena lebih penting memiliki masa istirahat yang cukup setelah persalinan untuk mengembalikan kondisi badan serta memberi waktu untuk menyusui selama mungkin.
  • Bila berencana akan kembali bekerja setelah kehamilan, mulailah untuk mencari informasi tempat penitipan anak atau penjaga bayi (baby sitter) yang bisa diandalkan. Untuk penjaga bayi, bila memungkinkan sebaiknya mulai sejak kehamilan dan jangan mendadak setelah melahirkan. Ini akan membantu anda memiliki waktu untuk mendidik penjaga bayi serta mengamati apakah sesuai dengan kriteria and atau tidak.
Sumber : keluarga.Org
BY EUNIKE FANTONI

INSPIRASI BEKERJA DI SAAT HAMIL


Bekerja disaat Hamil


Bekerja disaat HamilIni merupakan dilema terberat yang banyak dialami wanita hamil masa kini. Kenyataan menunjukkan emansipasi wanita di segala bidang dengan kesempatan membina karir yang sama dengan pria, tetapi dilain pihak pada saat hamil selalu ada tekanan dari lingkungan untuk berhenti bekerja. Tekanan itu baik besar maupun kecil bisa timbul dari lingkungan terdekat, yaitu suami dan keluarga besar, maupun masyarakat umum di lingkungan anda.
Pada dasarnya hal diatas didorong oleh ‘kecemasan’ dan ‘perhatian’ akan kesehatan anda dan jabang bayi. Tetapi dilain pihak ini menimbulkan perasaan tertekan bagi anda yang terus bekerja selama hamil. Yang menjadi masalah bila larangan ini berasal dari pihak suami. Bila larangan ini dari orang lain anda bisa tidak terlalu mengacuhkannya. Tetapi bila suami yang melarang, posisi anda lebih sulit.
Untuk itu perlu dipahami bahwa selama masa kehamilan, wanita hamil malah dianjurkan aktif melakukan kegiatan seperti olahraga dan sebagainya. Terlebih selama masa kehamilan ada kecenderungan kurang gerak yang kurang baik bagi kehamilan dan proses persalinan itu sendiri.
Oleh karena itu, selama tidak ada masalah dalam proses kehamilan atau tidak memiliki pengalaman keguguran, tidak ada alasan bahwa anda harus berhenti bekerja. Dengan bekerja berarti anda juga membuat badan terus bergerak. Ini juga menjaga ritme hidup tetap terjaga dengan baik. Tentu saja sebelumnya perlu dipikirkan apakah apabila terjadi sesuatu dengan kehamilan, anda bisa mengambil cuti sewaktu-waktu atau menggeser waktu cuti yang telah dijadwalkan.
Bila memutuskan untuk tetap bekerja, pikirkan baik-baik media transportasi ke tempat kerja sehingga tidak meningkatkan resiko yang tidak diinginkan. Pertama hindari sarana transportasi dimana anda harus berdesak-desakan atau berdiri dalam waktu lama. Dalam bekerja juga tetap harus diingat bahwa prioritas pertama anda saat ini adalah jabang bayi dalam kandungan. Jadi selalu hindari terlalu memaksakan diri dalam melakukan pekerjaan atau jangan sampai terlalu lelah.
Umumnya masalah utama yang terjadi pada wanita hamil yang bekerja adalah akibat perasaan ingin bekerja keras sebagai pelampiasan tidak ingin dilihat manja karena sedang hamil. Apabila anda sedang merasa tidak enak badan atau lelah, jangan segan untuk mengutarakannya pada rekan sekerja. Kami yakin rekan sekerja anda bisa memahami dan mengerti kondisi anda.
Sumber : keluarga.Org
BY EUNIKE FANTONI